mau tau banget...

"Meg, boleh tahu gak nama twitternya apa..? tanyaku pada Mega. Mega, siswi kelas XI IPA dengan khas anak SMA-nya ia menjawab "mau tau ajah, apa mau tau banget.." muka sambil menoleh ke arah teman yang ada di sebelah kirinya.
Percakapan diatas merupakan dialog yang sederhana, namum sudah terkontaminasi dengan budaya alay yang saat ini menyerang anak bagu gede [ABG]. Mega adalah siswi yang aktif di UKS [unit kesehatan sekolah] setiap pagi ia akan mengunjungi ruang UKS untuk memastikan ada yang sakit atau tidak, walaupun selepas pulang sekolah.

Kembali kepada topik kita, penulis ingin mengangkat tema terkait budaya alay yang merajalela dan menurut penulis sangat berpengaruh dengan generasi penerus bangsa. Kenapa hal ini berpengaruh? ya jawabannya sangat sederhana. Jika generasi muda penerus bangsa ini telah terkontaminasi dengan budaya alay, maka otomatis ia tidak lagi menjadi seorang yang kritis dan justru akan mematikan rasa kritis dalam dirinnya.

Padahal sikap kritis itu sangat diperlukan bagi setiap individu ketika ia mulai menginjak usia remaja. Jika sikap kritis itu dijawab dengan ucapan ketus, misalnya : "mau tau ajah apa mau tau banget..." permasalahan itu menjadi terhenti cukup sampai disana. Seharusnya jawaban pertanyaan yang kritis itu di jawab dengan sesuatu yang rasional, ilmiah dan berbobot, sehingga budaya tukar pikiran dan diskusi itu akan hidup, buakan malah mati.

Ungkapan alay itu banyak sekali, diantaranya adalah Gue harus bilang waw gitu... dan hampir semuanya terjebak dengan hal-hal yang demikian. mengenaskan memang, penulis sebetulnya merasa banyak hal yang berubah dengan cara perubahan anak muda saat ini. Apapun ingin menjadi terkesan keren, gaya dan apalah itu namanya, tetapi pada dasarnya yang mereka lakukan itu adalah hanya "pepesan kosong".

Bagaimana Merubahnya?
Merubah itu bukan sesuatu yang mudah, butuh kerja keras serta didukung dari individu itu sendiri, yaitu berupa kesadaran untuk berubah. Banyak yang mengatakan ia berhenti merokok, tetapi semua itu hanya ucapan mulut belaka, tidak didukung dari kesdaran diri untuk meninggalkanya. Walhasil semua itu hanya kesia-sian belaka, dan ia masih tetap merokok ketika melihat orang lain merokok.

Perubahan itu butuh peroses, dan memakan waktu yang lumayan lama. Kuncinya adalah istiqomah. Ketika istiqomah itu dilakukan maka sedikit demi sedikit semuanya berkurang hingga terjadilah kebiasaan baru yang lebih baik. Semuanya butuh pembiasaan saja, dan pembiasaan itu butuh sebuah paksaan dari luar maupun dari dalam diri kita sendiri.

Pahamilah bahwa sesuatu yang tidak bermanfaat hanya akan mengantarkan kita kepada sesuatu yang berupa kesia-siaan saja. Jadilah orang yang beruntung, beruntung di dunia dan beruntung di akhirat. wallahu'alam.[]
Share this post :

Posting Komentar

Popular Post

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. mehimemade - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger